Menjadi orang tua adalah salah satu peran paling membahagiakan, tapi juga bisa jadi yang paling menantang. Banyak orang tua baru khawatir tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi tenang, ada cara-cara praktis untuk mengatasi kekhawatiran ini, supaya kamu bisa menikmati pengalaman merawat si kecil.
Perasaan Setelah Bayi Lahir
Wajar kalau kamu merasa campur aduk selama hamil dan setelah bayi lahir. Mungkin kamu merasa bahagia, penuh cinta, dan terharu, tapi di saat lain juga bisa merasa stres, frustrasi, atau bahkan sedih.
Peran sebagai orang tua bisa terasa lebih berat kalau kamu:
- Tinggal jauh dari keluarga atau dukungan.
- Merawat bayi sendirian tanpa pasangan.
Terkadang, kenyataannya tidak sesuai ekspektasi antara kehidupan new parent di sosial media dengan keadaan di rumah. Kamu mungkin cemas kalau:
- Persalinan tidak berjalan sesuai rencana.
- Menyusui terasa lebih sulit dari yang dibayangkan.
- Kamu mengalami hari-hari buruk dan kewalahan.
Banyak orang tua merasa bingung dan kurang percaya diri pada awalnya. Tapi, seiring waktu, kamu akan terbiasa dan rasa percaya dirimu akan tumbuh.
Merasa kesal atau lelah dengan bayi juga wajar. Tapi, kalau perasaan negatif ini:
- Sangat kuat dan intens,
- Tidak kunjung hilang, atau
- Terus muncul berulang kali,
Sebaiknya bicarakan dengan dokter atau perawat anak. Ini bisa menjadi tanda kecemasan atau depresi perinatal.
Kekhawatiran Umum Orang Tua Baru
Merasa khawatir ketika merawat bayi itu normal. Di bawah ini beberapa kekhawatiran umum dan tips yang bisa membantu kamu merasa lebih tenang.
Takut Bayi Meninggal Saat Tidur
Banyak orang tua khawatir bayinya tersedak atau mengalami SUDI (Sudden Unexpected Death in Infancy) atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Berikut cara mengurangi risikonya:
- Selalu tidurkan bayi dalam posisi telentang.
- Pastikan wajah dan kepala bayi tidak tertutup.
- Hindari paparan asap rokok sebelum dan setelah bayi lahir.
- Jangan biarkan bayi kepanasan.
- Susui bayi jika memungkinkan.
- Berikan empeng di saat menjelang tidur.
Tempat tidur paling aman untuk bayi selama 6 bulan pertama adalah di boks di kamar yang sama dengan kamu.
Khawatir Tidak Bisa Mencintai Bayi
Merasa belum terikat dengan bayi adalah hal yang wajar. Apalagi jika bayimu sering menangis dan terus menerus ingin dekat dengan kamu. Proses bonding ini bisa memakan waktu beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan.
Kamu mungkin akan merasakan campuran berbagai emosi. Kalau kamu merasa sangat tertekan atau tidak terhubung dengan bayi, sebaiknya bicarakan dengan dokter atau perawat anak.
Takut Melukai Fontanel Bayi
Fontanel, atau titik lunak di kepala bayi, mungkin terlihat rapuh, tapi sebenarnya lebih kuat dari yang kamu kira.
Selama kamu memegang kepala bayi dengan lembut dan hati-hati, tidak ada masalah jika menyentuh atau membelai bagian tersebut.
Takut Menjatuhkan Bayi
Banyak orang tua khawatir akan menjatuhkan bayinya. Untuk mengurangi risiko, kamu bisa:
- Pastikan rumah aman dan tidak ada benda yang bisa membuat tersandung.
- Periksa karpet atau tikar agar tidak ada yang terlipat.
- Jaga agar tangga tidak terhalang benda-benda.
- Berjalanlah dengan hati-hati saat menggendong bayi.
Khawatir Bayi Tidak Berkembang Normal
Wajar jika kamu membandingkan perkembangan bayimu dengan bayi lain, tapi ingat bahwa setiap anak tumbuh dengan kecepatannya sendiri.
Sekitar 1 dari 7 anak mungkin mengalami keterlambatan perkembangan (stunting). Maka dari itu, penting untuk memantau perkembangan bayi secara rutin melalui Buku Kesehatan Anak dan pemeriksaan ke dokter.
Percayalah pada instingmu. Kalau kamu merasa ada sesuatu yang salah, konsultasikan dengan perawat anak atau dokter.
Takut Bayi Terlalu Banyak Menangis
Bayi baru lahir biasanya sering menangis, terutama di minggu-minggu pertama. Puncak tangisan biasanya terjadi di usia 6 hingga 8 minggu dan bisa berlangsung beberapa jam.
Rata-rata, bayi usia 6 hingga 8 minggu menangis sekitar 2 hingga 3 jam per hari, terutama pada sore atau malam hari. Kebiasaan ini biasanya akan berkurang di usia 3 hingga 4 bulan.
Segera hubungi dokter jika:
- Tangisan bayi muncul tiba-tiba dan terdengar berbeda.
- Kamu merasa ada sesuatu yang tidak beres.
- Kamu kesulitan menghadapi tangisan bayi dan merasa kewalahan.
Khawatir Bayi Terlalu Banyak Tidur
Beberapa bayi memang tidur lebih sering dari yang lain, dan itu normal. Rata-rata bayi baru lahir tidur sekitar 16 jam per hari, dan saat berusia 2 hingga 3 bulan, mereka tidur sekitar 15 jam per hari.
Di minggu-minggu pertama, bayi harus bangun 8 hingga 12 kali untuk menyusu setiap hari. Kalau kamu khawatir dengan pola tidur atau menyusui bayi, bicarakan dengan perawat anak atau konsultan laktasi.
Khawatir Tentang Masalah Keuangan
Banyak orang tua merasa cemas soal kemampuan mereka memenuhi kebutuhan bayi secara finansial. Mulai merencanakan anggaran sebelum bayi lahir dan membuat perencanaan setelahnya bisa membantu kamu merasa lebih tenang. Ingat, jika kamu tidak memiliki dana untuk membeli peralatan bayi yang serba mahal, sebenarnya ini bukan kategori "thirld world problem". Alat UV steril yang berharga berjuta-juta tidak menjamin bahwah kamu dan pasanganmu, terlebih bayimu, akan lebih bahagia daripada mensteril dengan cara lama, yaitu seduhan air panas seperti layaknya ibu-ibu jaman tahun 2000-an.
Sumber Daya dan Dukungan
Kalau kamu merasa kesulitan, ada berbagai dukungan yang bisa kamu manfaatkan:
- Dokter dan perawat anak bisa membantu memantau kesehatan dan perkembangan bayi.
- Konsultan laktasi bisa memberikan saran terkait menyusui. Misalnya Lactashare atau Pojok Kasih.
- Layanan telepon bantuan parenting siap mendengarkan dan memberi nasihat.
Di Indonesia, pemerintah memberikan berbagai bentuk dukungan untuk orang tua baru, terutama melalui program kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Berikut ini beberapa contoh program pemerintah yang relevan untuk mendukung orang tua dan anak:
-
Penurunan Stunting: Pemerintah melalui BKKBN dan Kementerian Kesehatan fokus pada pencegahan dan penanganan stunting. Program ini mencakup intervensi gizi, seperti pemberian makanan tambahan dengan protein hewani kepada balita dan ibu hamil, serta revitalisasi posyandu di seluruh Indonesia.
-
Tim Pendamping Keluarga (TPK): Pemerintah membentuk TPK yang terdiri dari bidan, penyuluh KB, dan anggota PKK. Mereka membantu keluarga dengan memberikan penyuluhan, memfasilitasi rujukan medis, dan menyalurkan bantuan sosial di tingkat lokal.
-
Peningkatan Layanan Kesehatan Ibu dan Anak: Pemerintah juga mendistribusikan peralatan medis, seperti USG ke puskesmas-puskesmas, untuk mendeteksi masalah kesehatan pada janin sejak dini dan memastikan bayi lahir dalam kondisi sehat. Selain itu, perangkat antropometri disediakan di posyandu untuk memantau pertumbuhan anak sesuai standar WHO.
-
Program Keluarga Berencana (KB): Program KB bertujuan membantu keluarga merencanakan kehamilan dengan baik dan menurunkan angka kebutuhan KB yang belum terpenuhi. Dengan layanan kontrasepsi yang lebih mudah diakses, keluarga dapat merencanakan kehamilan pada waktu yang tepat untuk mengurangi risiko stunting dan masalah kesehatan lainnya.
Berbagai inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung keluarga agar anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan berkembang dengan optimal.
Semoga bacaan ini berguna untuk mengurangi kekhawatiranmu.
Parenting is a journey, nobody says it's a party.