Selling to Indonesia
Home to 264 million people
Menjual ke Indonesia: Peluang Pasar 2025–2026 di Tengah Penyusutan Kelas Menengah
Dengan populasi lebih dari 264 juta jiwa, Indonesia tetap menjadi pasar konsumen terbesar di Asia Tenggara dan peringkat keempat secara global. Namun, perubahan ekonomi terkini menuntut strategi yang lebih terfokus dan berbasis nilai bagi merek global yang ingin sukses di pasar ini.
Penyusutan Kelas Menengah dan Dampaknya terhadap Konsumsi
Kelas menengah Indonesia, yang sebelumnya menjadi pendorong utama pertumbuhan konsumsi, mengalami penurunan signifikan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelas menengah menurun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024 . Faktor-faktor seperti inflasi yang meningkat, utang pasca-pandemi, dan ketidakstabilan pekerjaan telah mengurangi pendapatan disposabel, mendorong konsumen untuk lebih fokus pada kebutuhan pokok dan pembelian yang bernilai tinggi.
Industri Kecantikan dan Perawatan Pribadi: Sektor yang Tahan Banting
Meskipun tantangan ekonomi, industri kecantikan dan perawatan pribadi Indonesia tetap tumbuh pesat. Pada 2024, nilai pasar mencapai USD 9,24 miliar, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,6% . Produk skincare, kosmetik halal, dan perawatan pria menjadi kategori dengan pertumbuhan tercepat. Penjualan melalui e-commerce menyumbang hampir 50% dari total penjualan, didorong oleh konsumen yang mengutamakan belanja melalui perangkat mobile dan media sosial.
Why Not Every Brand Has a Presence in Indonesia: Understanding the Legal and Strategic Entry Barriers
Tantangan Masuk Pasar: Regulasi dan Kepatuhan
Memasuki pasar Indonesia memerlukan pemahaman mendalam tentang regulasi lokal:
- Registrasi BPOM: Produk kosmetik, skincare, suplemen, dan perawatan pribadi harus mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Proses ini dapat memakan waktu 3 bulan hingga 3 tahun, tergantung pada kompleksitas produk dan kelengkapan dokumen .
- Sertifikasi SNI: Produk seperti tekstil, mainan anak, dan barang konsumsi tertentu harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sebelum dapat dijual di pasar lokal.
Strategi Distribusi: Offline vs. Online
- Ritel Offline (Modern Trade): Menjual melalui saluran ritel modern di Indonesia memerlukan margin kotor sebesar 35–40% untuk retailer, ditambah 5–10% untuk dukungan pemasaran seperti biaya listing, kontribusi display, dan sponsor acara.
- E-Commerce: Platform seperti Shopee dan Tokopedia mengenakan biaya komisi sebesar 12–15%, tergantung pada kategori produk. Meskipun menawarkan jalur penjualan yang skalabel dan efisien, e-commerce memerlukan kemampuan kuat dalam pemasaran digital dan manajemen logistik.
Rekomendasi untuk Merek Global
Untuk sukses di pasar Indonesia yang dinamis:
- Targetkan Kelas Menengah Aspiratif: Fokus pada strategi pemasaran dan penetapan harga yang menekankan keterjangkauan, kepercayaan, dan relevansi gaya hidup bagi keluarga yang sadar nilai.
- Produk Halal dengan nilai -nilai lokal: Sesuaikan produk dengan nilai-nilai lokal dengan menawarkan barang bersertifikat halal dan adaptasi merek sesuai preferensi budaya Indonesia.
- Pendekatan Digital-First: Manfaatkan platform seperti Shopee, TikTok Shop, dan influencer media sosial untuk penetrasi pasar yang efektif.
- Distribusi Cerdas: Bekerja sama dengan distributor lokal berpengalaman yang memahami fragmentasi ritel, kerangka regulasi, dan perubahan perilaku konsumen.